- Industri fashion tentu menuntut para pelakunya untuk selalu menciptakan tren, bukan sekadar mengikutinya. Namun kadang-kadang apa yang mereka anggap gaya yang inovatif dan provokatif ternyata tidak diterima dengan cara yang sama oleh pembaca, pengguna, ataupun pengamat pada umumnya. Maka, beberapa brand pakaian dan majalah fashion pun dibuat kalang-kabut meminta maaf atas karya mereka. Anda ingin tahu "bencana" apa saja yang terjadi dalam sebulan terakhir?
"I'm too pretty to do my homework so my brother has to do it for me"
T-shirt dengan barisan kata-kata yang nyeleneh memang mengundang perhatian. Namun kaus untuk anak perempuan usia 7-16 tahun yang diproduksi J.C. Penney itu mengundang protes dari pelanggan. Brand pakaian ini dianggap tidak mendukung upaya orangtua dalam mengajarkan anak bahwa kecantikan dan kepopuleran bukanlah segala-galanya. Selain itu, t-shirt tersebut juga dinilai mengirimkan pesan stereotip jender. Akibat segala kesalahan yang bisa ditimbulkan dari pesan yang tertulis pada t-shirt tersebut, J.C. Penney mencabut produk tersebut dari situsnya disertai permintaan maaf. "Kami sepakat bahwa t-shirt 'Too pretty' itu tidak mengirimkan pesan yang pantas, dan kami segera menghentikan penjualannya," demikian pernyataan mereka.
T-shirt dengan barisan kata-kata yang nyeleneh memang mengundang perhatian. Namun kaus untuk anak perempuan usia 7-16 tahun yang diproduksi J.C. Penney itu mengundang protes dari pelanggan. Brand pakaian ini dianggap tidak mendukung upaya orangtua dalam mengajarkan anak bahwa kecantikan dan kepopuleran bukanlah segala-galanya. Selain itu, t-shirt tersebut juga dinilai mengirimkan pesan stereotip jender. Akibat segala kesalahan yang bisa ditimbulkan dari pesan yang tertulis pada t-shirt tersebut, J.C. Penney mencabut produk tersebut dari situsnya disertai permintaan maaf. "Kami sepakat bahwa t-shirt 'Too pretty' itu tidak mengirimkan pesan yang pantas, dan kami segera menghentikan penjualannya," demikian pernyataan mereka.
Anting para budak
Majalah Vogue memicu tuduhan rasisme setelah memuat artikel tren yang mereka sebut sebagai "slave earrings" (anting budak). Artikel yang ditayangkan di situs Vogue Italia tersebut memaparkan, "Perhiasan selalu tergoda dengan bentuk-bentuk melingkar, khususnya untuk model anting. Model-model yang paling klasik adalah (model) budak, dan gaya creole dalam bentuk hoop (lingkaran) emas. Jika nama itu mengingatkan tradisi dekoratif dari perempuan-perempuan kulit berwarna yang dibawa ke Amerika Selatan selama masa perbudakan, maka interpretasi terbaru ini merupakan kebebasan murni. Batu-batuan berwarna, liontin simbolik, dan bulatan-bulatan ganda. Dan evolusi terus berlanjut."
Reaksi dunia terhadap artikel ini rupanya sangat tidak terduga. Kritikan paling tajam menyebut Vogue bersalah karena usahanya yang memalukan dalam mengglamorkan perbudakan. Vogue meralat istilah tersebut dan menggantinya dengan sebutan "ethnical earrings".
"Lets Go"
Sepintas tak ada yang salah pada t-shirt keluaran Old Navy yang ditujukan untuk pecinta football di kampus-kampus ini. Kalimatnya sangat sederhana, tidak berpotensi mengundang kontroversi apapun. Namun, desainernya mungkin melupakan simbol apostrophe pada kata Lets, yang seharusnya ditulis Let's. Kesalahan grammar tersebut dianggap fatal dan memalukan. Pasalnya, t-shirt tersebut merupakan kerjasama Old Navy dengan 70 institusi yang prestisius, di antaranya Duke University, Syracuse University, University of Texas, dan Notre Dame University. Kabarnya, saat ini Syracuse University tengah menyelidiki siapa yang menyetujui desain t-shirt tersebut.
"Teenagers Do It Better"
T-shirt dengan tulisan tersebut dikeluarkan oleh toko pakaian American Apparel. Pesan tersebut langsung dikaitkan dengan CEO American Apparel, Dov Charney, yang kebetulan menerima banyak tuduhan atas dugaan pelecehan seksual. Belakangan, harian The Huffington Post melaporkan bahwa kaus tersebut merupakan hasil kerjasama dengan Electric Youth!, majalah yang menampilkan foto-foto erotik dari remaja pria usia 16-21 tahun. Mengenai dugaan bahwa kalimat tersebut mengirimkan pesan cabul tersebut, Charney hanya berkomentar, “Wah, saya tidak terlibat dalam hal itu. Electric Youth! pasti yang mengarahkannya. Kami ini menjual satu juta item dalam sebulan, jadi saya tidak tahu mengenai yang satu ini."
"Eat Less"
Anda mungkin pernah membaca t-shirt bertuliskan pesan positif seperti “Eat More Greens”. Namun ketika label Urban Outfitters menjual t-shirt wanita bertuliskan "Eat Less”, hal ini menimbulkan kontroversi. T-shirt berwarna kelabu dengan leher V ini secara khusus dianggap mendukung pola makan yang tidak sehat. Para blogger banyak membahas t-shirt tersebut, dimana salah satunya menyebutnya tidak bercitarasa. Urban Outfitters menarik penjualan t-shirt tersebut dari situs, namun masih menyisakannya di toko.
Majalah Vogue memicu tuduhan rasisme setelah memuat artikel tren yang mereka sebut sebagai "slave earrings" (anting budak). Artikel yang ditayangkan di situs Vogue Italia tersebut memaparkan, "Perhiasan selalu tergoda dengan bentuk-bentuk melingkar, khususnya untuk model anting. Model-model yang paling klasik adalah (model) budak, dan gaya creole dalam bentuk hoop (lingkaran) emas. Jika nama itu mengingatkan tradisi dekoratif dari perempuan-perempuan kulit berwarna yang dibawa ke Amerika Selatan selama masa perbudakan, maka interpretasi terbaru ini merupakan kebebasan murni. Batu-batuan berwarna, liontin simbolik, dan bulatan-bulatan ganda. Dan evolusi terus berlanjut."
Reaksi dunia terhadap artikel ini rupanya sangat tidak terduga. Kritikan paling tajam menyebut Vogue bersalah karena usahanya yang memalukan dalam mengglamorkan perbudakan. Vogue meralat istilah tersebut dan menggantinya dengan sebutan "ethnical earrings".
"Lets Go"
Sepintas tak ada yang salah pada t-shirt keluaran Old Navy yang ditujukan untuk pecinta football di kampus-kampus ini. Kalimatnya sangat sederhana, tidak berpotensi mengundang kontroversi apapun. Namun, desainernya mungkin melupakan simbol apostrophe pada kata Lets, yang seharusnya ditulis Let's. Kesalahan grammar tersebut dianggap fatal dan memalukan. Pasalnya, t-shirt tersebut merupakan kerjasama Old Navy dengan 70 institusi yang prestisius, di antaranya Duke University, Syracuse University, University of Texas, dan Notre Dame University. Kabarnya, saat ini Syracuse University tengah menyelidiki siapa yang menyetujui desain t-shirt tersebut.
"Teenagers Do It Better"
T-shirt dengan tulisan tersebut dikeluarkan oleh toko pakaian American Apparel. Pesan tersebut langsung dikaitkan dengan CEO American Apparel, Dov Charney, yang kebetulan menerima banyak tuduhan atas dugaan pelecehan seksual. Belakangan, harian The Huffington Post melaporkan bahwa kaus tersebut merupakan hasil kerjasama dengan Electric Youth!, majalah yang menampilkan foto-foto erotik dari remaja pria usia 16-21 tahun. Mengenai dugaan bahwa kalimat tersebut mengirimkan pesan cabul tersebut, Charney hanya berkomentar, “Wah, saya tidak terlibat dalam hal itu. Electric Youth! pasti yang mengarahkannya. Kami ini menjual satu juta item dalam sebulan, jadi saya tidak tahu mengenai yang satu ini."
"Eat Less"
Anda mungkin pernah membaca t-shirt bertuliskan pesan positif seperti “Eat More Greens”. Namun ketika label Urban Outfitters menjual t-shirt wanita bertuliskan "Eat Less”, hal ini menimbulkan kontroversi. T-shirt berwarna kelabu dengan leher V ini secara khusus dianggap mendukung pola makan yang tidak sehat. Para blogger banyak membahas t-shirt tersebut, dimana salah satunya menyebutnya tidak bercitarasa. Urban Outfitters menarik penjualan t-shirt tersebut dari situs, namun masih menyisakannya di toko.
Remaja 16 tahun di atas motor
Urban Outfitters juga masih menciptakan kontroversi lain. Perusahaan ini tengah digugat 28 juta dollar karena menjual t-shirt yang menampilkan Hailey Clauson, model berusia 16 tahun yang difoto dengan pose duduk mengangkang di atas motor. Orangtua Hailey juga menggugat fotografer Jason Lee Perry, karena membuat foto provokatif tersebut saat Hailey masih berusia 15 tahun. Orangtua Hailey sebenarnya telah menyetujui foto tersebut, namun mereka mengaku tidak menandatangani izin untuk merilisnya. Hal ini membuat Perry menjual foto-foto tersebut pada Blood Is the New Black, perusahaan pakaian yang kemudian membuat t-shirt tersebut dan menjualnya ke Urban Outfitters dan beberapa retailer lain.
Urban Outfitters juga masih menciptakan kontroversi lain. Perusahaan ini tengah digugat 28 juta dollar karena menjual t-shirt yang menampilkan Hailey Clauson, model berusia 16 tahun yang difoto dengan pose duduk mengangkang di atas motor. Orangtua Hailey juga menggugat fotografer Jason Lee Perry, karena membuat foto provokatif tersebut saat Hailey masih berusia 15 tahun. Orangtua Hailey sebenarnya telah menyetujui foto tersebut, namun mereka mengaku tidak menandatangani izin untuk merilisnya. Hal ini membuat Perry menjual foto-foto tersebut pada Blood Is the New Black, perusahaan pakaian yang kemudian membuat t-shirt tersebut dan menjualnya ke Urban Outfitters dan beberapa retailer lain.
Mata diselotip agar sipitKali ini, majalah Vogue Jepang merilis video di balik layar yang menggambarkan hiruk-pikuk di balik sesi pemotretan halaman fashion. Terlihat dalam video, make-up artist Anna Dello Russo tengah merias wajah model Crystal Renn. Russo tampak menggunakan selotip khusus make-up untuk meregangkan kulit di sekitar mata Renn, dan menariknya ke arah alis agar mata Renn menjadi sipit seperti orang Asia. Tampak kemudian model 25 tahun ini mengagumi pantulan wajahnya di cermin, sebelum kemudian mengganti pakaiannya dengan busana Dolce & Gabbana.
Kembali, situs majalah fashion ini dibombardir komentar dari pembaca. Apapun alasannya, apakah untuk mendekatkan diri dengan pembaca Asia atau untuk menampilkan gaya yang berbeda untuk pemotretan, tindakan Dello Russo dinilai tidak sensitif.
Kembali, situs majalah fashion ini dibombardir komentar dari pembaca. Apapun alasannya, apakah untuk mendekatkan diri dengan pembaca Asia atau untuk menampilkan gaya yang berbeda untuk pemotretan, tindakan Dello Russo dinilai tidak sensitif.
(Dari berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment